Jakarta,Metapos.id – Industri pengalengan ikan di Indonesia termasuk salah satu sektor yang berorientasi ekspor dengan kemampuannya memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
kspor pengalengan ikan berhasil meningkatkan devisa yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi CV Pasific Harvest yang mengekspor produknya ke Jerman, Libia, dan negara-negara Afrika lainnya.
“Pengiriman produk pengalengan ikan dari Indonesia ke negara-negara tersebut menunjukkan bahwa produk industri nasional mampu bersaing dan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ketat di Eropa dan negara-negara lain, karena untuk bisa tembus ke Jerman saja itu tidak mudah, mereka punya standar yang sangat tinggi. Apalagi, standar di sektor makanan,” kata Menperin Agus dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat, 20 Oktober.
Selama ini, CV Pasific Harvest sendiri telah memproduksi ikan sarden dan tuna dengan kapasitas produksi sebanyak 24.000 ton per tahun, dan persentase ekspornya sebesar 65-80 persen.
“Kami apresiasi juga, karena utilisasi perusahaan sudah 60 persen di tengah kondisi saat ini, dan saya optimistis masih bisa ditingkatkan lagi. Saya menargetkan Indonesia bisa masuk lima negara terbesar di dunia untuk eksportir pengalengan ikan,” ujar Agus.
Agus menilai, dalam hal mendukung ekonomi nasional, CV Pasific Harvest telah melakukan peningkatan produksi serta perluasan jangkauan ekspor dengan mengoptimalkan SDM lokal. Bahkan, perusahaan tersebut menyerap tenaga kerja dari warga di sekitar pabrik sebanyak 5.000 orang.
“Hal ini tentunya bisa membawa angin segar pada sektor industri manufaktur dan berdampak positif bagi peningkatan perekonomian Indonesia,” ucap dia.
Dia pun berharap, kegiatan pelepasan ekspor CV Pasific Harvest dapat menginspirasi lebih banyak pelaku industri manufaktur di Indonesia untuk memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam upaya menjalankan usahanya.
“Hal ini sesuai dengan tekad pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan menerbitkan berbagai program dan kebijakan yang strategis,” tuturnya.
Guna mendukung peningkatan ekspor industri pengalengan ikan, kata Agus, pemerintah telah menggulirkan berbagai kebijakan strategis, baik dari sisi suplai maupun permintaan, di antaranya jaminan ketersediaan bahan baku, peningkatan daya saing dan produktivitas industri, serta perluasan akses pasar dan pengurangan hambatan perdagangan.
Selain itu, lanjut Agus, industri ini juga membutuhkan adanya ketersediaan kaleng. Menurut dia, peluang ini yang perlu diambil oleh industri dalam negeri untuk memproduksi kaleng sesuai spesifikasi ke pasar ekspor, sehingga mutu ikan tetap terjaga.
“Saya yakin, apabila ada bantuan atau fasilitasi dari pemerintah, kinerja ekspor dari perusahaan pengalengan ikan akan bisa meningkat dua kali lipat,” imbuhnya.
Sekadar informasi, saat ini, terdapat sekitar 70 industri pengalengan ikan skala besar dengan total produksi sebesar 308.000 ton pada 2022. Industri pengalengan ikan juga merupakan sektor padat karya yang telah menyerap tenaga kerja hingga 29.500 orang.