Jakarta,Metapos.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk terus meningkatkan kinerja industri manufaktur pada 2024 ini di tengah tantangan dampak geoekonomi dan geopolitik global.
Sebab, selama ini industri manufaktur menjadi tulang punggung dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Guna membidik sasaran tersebut, Kemenperin fokus menjalankan berbagai program prioritas pada 2024 ini.
Misalnya, program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi, program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada pelaku industri kecil dan menengah (IKM) serta program penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi.
Selain itu, Kemenperin akan berupaya untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri melalui program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral serta industri berbasis migas dan batu bara.
“Kami juga akan melaksanakan program bantuan pemerintah untuk pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) roda dua baru, pengembangan kawasan industri, serta fasilitasi sertifikasi industri hijau,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 15 Januari.
Menperin Agus mengklaim bahwa sepanjang 2023 pihaknya sudah mengelola industri manufaktur dengan baik sehingga pertumbuhannya terus meningkat.
“Ini yang harus menjadi fokus dan perhatian kami bersama ke depannya,” katanya.
Agus menyebut, peran penting industri manufaktur nasional tercermin dari kontribusinya yang tergolong paling besar terhadap PDB nasional, yakni mencapai 16,83 persen pada triwulan III tahun 2023.
Pada periode yang sama, pertumbuhan industri manufaktur menembus 5,02 persen atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 4,94 persen.
“Industri manufaktur juga konsisten menjadi kontributor terbesar dalam capaian nilai ekspor kami. Pada periode Januari-November (2023), ekspor produk manufaktur masih mendominasi dengan nilai lebih dari 171,23 miliar dolar AS,” ucapnya.
Dengan demikian, berdasarkan laporan safeguardglobal.com, Indonesia disebutkan masuk daftar 10 besar penyumbang produk manufaktur dunia, yang sekaligus satu-satunya negara ASEAN di dalam daftar tersebut.
Berdasarkan publikasi itu, Indonesia berkontribusi sebesar 1,4 persen kepada produk manufaktur global.
Posisi prestisius ini merupakan kenaikan yang berarti.
Sebab, pada empat tahun lalu Indonesia masih berada di posisi 16.
Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kata Agus, pihaknya pun optimistis bahwa performa industri manufaktur akan semakin menjulang di Tahun Naga Kayu ini.
“Kami memproyeksi untuk pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2023 sebesar 4,81 persen, dan kami tetapkan target 2024 sebesar 5,80 persen,” imbuhnya.