JAKARTA,metapos.id – Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Direktur Jenderal EBTKE Dadan Kusdiana dan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana, melakukan pertemuan dengan CEO dua perusahaan besar asal Jerman, Siemens Energy dan HMS Bergbau AG.
“Menteri ESDM bertemu Siemens Energy pada 27 Mei 2022. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya pada akhir Maret yang lalu berdiskusi mengenai tindak lanjut pembahasan kerja sama Siemens dengan Pertamina Power dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi kepada wartawan, Senin 30 Mei.
Pada pertemuan tersebut, lanjut Agung, Arifin mengungkapkan, Indonesia terus mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan berkomitmen dalam mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat lagi.
Pada 2030, Indonesia menargetkan penambahan pembangkit hanya dari sumber EBT, termasuk hidrogen akan didorong ke depannya, hingga di 2060 suplai listrik di Indonesia sepenuhnya akan disokong EBT.
Arifin menambahkan, kolaborasi dengan Siemens dibutuhkan untuk mendukung pengembangan teknologi PLTS, smart grid, energy storage, teknologi pengembangan hidrogen, hingga kendaraan listrik.
“Diharapkan nota kesepahaman antara Siemens dengan Pertamina Power dapat ditandatangani pada saat momentum G20 Energy Transition Ministerial Meeting di Bali bulan September mendatang,” lanjut Agung.
Siemens Energy juga menyampaikan ketertarikannya untuk mendukung pengembangan sektor energi di IKN.
Siemens Energy sebelumnya memiliki pengalaman untuk pengembangan kota baru di Mesir, tidak hanya dalam hal pengembangan sektor energi khususnya energi terbarukan, namun juga pengembangan fasilitas pendidikan dan fasilitas bagi peningkatan kapasitas SDM pendukung.
Di kesempatan terpisah, pihak Jerman mengungkapkan keinginannya untuk kerja sama suplai batubara dari Indonesia pada pertemuan antara Menteri ESDM dengan CEO Asosiasi Perusahaan Batu Bara di Jerman (VDKI) dan juga CEO HMS Bergbau AG, Lars Schernkau.
“Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa 50 persen dari suplai batubara Jerman berasal dari Rusia, dan dengan perkembangan situasi saat ini Jerman ingin mengembangkan kerja sama suplai batu bara dari Indonesia,” ungkap Agung.
Arifin juga meminta VDKI bisa berkoordinasi dengan asosiasi perusahaan serupa di kawasan Eropa, termasuk memastikan ketersediaan fasilitas pelabuhan, serta terms and conditions untuk kontrak tersebut.