Jakarta, Metapos.id – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan, Indonesia membutuhkan setidaknya Rp1.000 triliun untuk sistem kelistrikan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Dia merinci, jumlah tersebut akan digunak untuk membangun infrastruktur ketenagalistrikan berupa transmisi dan pembangkit listrik.
“Untuk kebutuhan pembangkit untuk 10 tahun ke depan, kita membutuhkan investasi sekitar Rp600 triliun. Sementara untuk jaringan, kita membutuhkan investasi sekitar Rp400 triliun. Jadi nanti untuk setiap tahapan, itu nanti kita akan mencoba untuk mendetailkan,” ujar Yuliot saat ditemui di JCC, Rabu, 20 November.
Yuliot menambahkan, penambahan pembangkit ini perlu dilakukan karena sejalan dengan terus meningkatnya permintaan listrik dari tahun ke tahun. Untuk itu dirinya menilai diperlukan adanya penambahan pembangkit listrik dengan nilai investasi mencapai Rp400 triliun.
“Untuk pembangkit, untuk 10 tahun ke depan, ya kita sudah memiliki perencanaan. Itu nanti akan disampaikan oleh Pak Dirjen Ketenagalistirikan,” imbuh Yuliot.
Lebih lanjut ia menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan pembahasan terkait pihak yang akan melaksanakan proses penambahan pembangkit. Pemerintah mempertimbangkan penambahan tersebut akan dilakukan oleh PLN atau akan dilakukan oleh mitra maupun pemerintah.
“Jadi bagaimana untuk detailnya, pelaksanaan itu apakah dilakukan oleh PLN, atau dilakukan oleh Mitra, atau juga sebagian akan dilakukan oleh pemerintah, itu juga lagi dalam perhitungan,” terang Yuliot.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutjulu menyebut dalam waktu 10 tahun ke depan, Indonesia akan membangun pembangkit listrik berkapasitas 68 Giga Watt (GW).
Adapun 47 GW pembangkit tersebut berasal dari sumber ENergi Baru Terbarukan (EBT)
“Kita lagi menyiapkan RUPTL baru, lagi intensif untuk dibahas antara pemerintah dan PLN. Jadi 10 tahun ke depan kita akan membangun 68 GW, 47 GW itu dari Renewable,” tandas Jisman.