Jakarta, Metapos.id – Permasalahan sampah plastik dan pengelolaannya masih
menjadi tantangan besar di Indonesia. Data dari National Plastic Action Partnership (NPAP) menunjukkan aliran sampah plastik ke lautan Indonesia diproyeksikan akan meningkat
30% menjadi sekitar 800.000 ton pada tahun 2025. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, dan masyarakat.
Melalui “Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kementerian Lingkungan Hidup,” pemerintah menargetkan pengurangan sampah produsen sebesar 30% dari total timbulan sampah
pada 2029. Hal ini mendorong industri untuk berinovasi dalam menciptakan solusi berkelanjutan, seperti kemasan ramah lingkungan dan sistem daur ulang yang efisien.
Senior Public Affairs and Sustainability Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, sejak 2018, AQUA telah berkomitmen untuk membangun model ekonomi sirkular dan menjadi bagian dari solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia melalui inisiatif #BijakBerplastik. Inisiatif ini berfokus pada tiga aspek utama untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu pengumpulan sampah, pelaksanaan kampanye
edukasi tentang pentingnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan kepada konsumen dan anak-anak, serta inovasi dalam pengembangan kemasan yang lebih berkelanjutan.
“AQUA telah menjalankan berbagai inisiatif #BijakBerplastik di Indonesia, termasuk wilayah Pulau Jawa dan Bali. Di Pulau Jawa, AQUA bersama dengan Danone Ecosystem,dan Veolia Services Indonesia serta diimplementasikan oleh Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) mengembangkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI),program ini bertujuan untuk menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi.
Program IRI dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dengan melibatkan
4 Tempat Pengolahan Sampah – Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Jatim, Jateng, DIY, serta 10 Mitra Pengumpulan di Jatim, Jateng, DIY, dan Sulteng,” kata Karyanto.
“Selain saya bisa mengatur penghasilan yang didapatkan, kami juga menerima berbagai pelatihan, Saya jadi tahu bahwa sampah plastik yang saya kumpulkan bisa di gunakan kembali untuk sesuatu yang bermanfaat.
Di samping itu, saya juga dapat membantu
menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah plastik yang beredar.”ungkap Wahyuni, salah satu pengumpul sampah peserta program IRI yang mendapatkan berbagai fasilitas seperti tabungan, layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Kesehatan (BPJS TK), alat pelindung diri (APD), peningkatan
kesadaran tentang pekerja anak, serta pelatihan-pelatihan pengembangan diri termasuk perihal keselamatan dan pengelolaan keuangan selama menjadi bagian dari program IRI.
AQUA bersama PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem) menjalin kerjasama untuk mengelola 1.400 metrik ton sampah kemasan dan botol plastik di Gresik, Jawa Timur.Kolaborasi AQUA dan Rekosistem ini adalah implementasi konkret dari Extended Producer
Responsibility (EPR) yang menjadi alternatif solusi untuk mengurangi beban yang menumpuk di Surabaya dan kota-kota penyangganya. Bersama Rekosistem, AQUA juga mendirikan 2 Waste Station di Yogyakarta dan Solo untuk masyarakat bisa menyetor sampah pilahan dan mendapatkan insentif Rekopoints sebagai insentif dari aplikasi Rekosistem.
Selain itu, AQUA juga meluncurkan program Gerakan Sedekah dan Kolekte Sampah Indonesia (GRADASI), merupakan inisiatif untuk mengajak masyarakat menyumbangkan sampah bernilai ekonomi melalui rumah ibadah. Sampah yang disedekahkan kemudian dikelola, didaur ulang, atau dijual, dengan hasilnya digunakan untuk kegiatan sosial dan
pemberdayaan masyarakat.
Diluncurkan pada April 2021, GRADASI telah melibatkan lebih dari 137 masjid, 46 gereja, 2 wihara, 228 sekolah dan pesantren, 8 universitas dan 328
komunitas masyarakat di wilayah Jawa, Gorontalo, Tapanuli, Lombok dan Labuan Bajo.“Setiap pabrik AQUA telah menerapkan Zero Waste to Landfill melalui pemilahan sampah ekonomis dan non-ekonomis. Program internal ini kemudian diteruskan kepada masyarakat di sekitar pabrik melalui pendampingan Bank Sampah Masyarakat,” ujar Karyanto.
Komitmen Capai Target Pengurangan Sampah 30% oleh Produsen Pada Tahun 2029 Sustainable Packaging Circularity Senior Manager AQUA, Jeffri Ricardo mengatakan salah satu fokus utama AQUA dalam mengelola kemasan paska konsumsi adalah mengembangkan ekosistem pengelolaan sampah yang terintegrasi dan inklusif serta mengembangkan infrastruktur pengumpulan sampah di berbagai daerah di Indonesia untuk meningkatkan tingkat pengumpulan dan daur ulang sampah plastik.
Untuk itu, hingga saat ini, AQUA telah mengembangkan 10 bank sampah induk, 10 unit bisnis daur ulang, dan 19 collection center di seluruh Indonesia, melibatkan lebih dari 10.000 pemulung dan 433 karyawan. Selain itu, AQUA juga aktif melakukan pendampingan kepada 31 TPS3R serta lebih dari 60 unit bank sampah.
Jeffri mengungkapkan AQUA berkomitmen mengumpulkan kembali lebih banyak plastik dari yang digunakan. “Untuk itu, kami terus bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah melalui unit bisnis daur ulang, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R), dan bank sampah. Ini bertujuan
memaksimalkan manfaat ekonomi sirkular bagi lingkungan, masyarakat dan juga
kelangsungan usaha AQUA,” kata Jeffri.
Untuk memperluas cakupan pengumpulan ke luar Jawa, AQUA dan Prevented Ocean
Plastic™ Southeast Asia (POPSEA) mengembangkan fasilitas daur ulang di Samarinda untuk meningkatkan tingkat pengumpulan sampah plastik di Kalimantan dan area di luar
Pulau Jawa dengan kapasitas pengumpulan hingga 9.600 metrik ton plastik jenis PET.
AQUA juga mengembangkan dan mendampingi 10 collection center di destinasi wisata prioritas seperti Bali, Likupang, Danau Toba, Mandalika, Candi Borobudur, dan Labuan Bajo.
Melalui berbagai inisiatif tersebut, hingga saat ini AQUA telah berhasil mengumpulkan lebih dari 26.000 ton sampah plastik per tahunnya dengan berbagai pihak yang kemudian
didaur ulang kembali menjadi bahan baku kemasan botol baru ataupun produk lain yang memiliki nilai ekonomi.
Edukasi Perilaku Minim Sampah sebagai Budaya Baru Masyarakat Indonesia
Sejak 2018 juga, AQUA terlibat aktif dalam edukasi, menjangkau lebih dari 43.000 siswa dari 175 sekolah di seluruh Indonesia. Kolaborasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkormarves), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Universitas Indonesia, dan Yayasan Lentera Anak telah berhasil memasukkan edukasi tentang pengelolaan sampah ke dalam kurikulum Sekolah
Dasar (SD).
AQUA juga meluncurkan Seri Dongeng SAMTAKU (Sampahku, Tanggung Jawabku) yaitu program edukasi digital yang dikembangkan oleh AQUA bersama dengan Sekolah.mu.Program ini dirancang untuk mengajarkan anak-anak, khususnya siswa PAUD dan SD,tentang pentingnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.
Melalui modul interaktif, anak-anak dapat belajar mengenai pengelolaan
sampah secara bijak, yang diharapkan dapat menjadi kebiasaan hingga dewasa nanti.Program SAMTAKU juga mendukung pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama pandemi COVID-19, sehingga materi edukasi lingkungan dapat tetap diakses secara digital.
Hingga saat ini, AQUA telah berhasil menjangkau 100 juta konsumen, 3.8 juta anak sekolah di lebih dari 2.900 sekolah khususnya melalui program sekolah Adiwiyata, wahana edukasi seperti Taman Pintar dan Kidzania. Berdasarkan riset LPEM UI, dampak dari gerakan #BijakBerplastik pun terasa nyata, dengan peningkatan daur ulang sampah
plastik sebesar 17%, pengurangan sampah yang berakhir di TPA sebesar 14%, dan
peningkatan nilai ekonomi sektor daur ulang yang mencapai Rp1,2 triliun.
Kolaborasi dan Peran Seluruh Pihak untuk Keberlanjutan Lingkungan AQUA terus berinovasi menghadirkan kemasan ramah lingkungan yang 100% dapat didaur ulang, digunakan kembali, dan dikomposkan. Inovasi AQUA termasuk galon guna ulang, botol rPET, botol kaca guna ulang, dan AQUA Cube tanpa label dan sedotan. AQUA juga mengurangi penggunaan plastik dengan menghilangkan segel plastik dan
mengurangi berat botol. Lebih dari 90% kemasan AQUA dapat didaur ulang dan
mengandung hingga 25% material daur ulang.
Meski demikian, Karyanto menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan seperti produsen, pemerintah, LSM, dan masyarakat untuk menciptakan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. “Diperlukan dukungan dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan komitmen ini dapat berjalan dengan berkelanjutan,” ujar Karyanto.
Fakta ini sekaligus membantah Brand Audit Report 2024 yang dikeluarkan oleh organisasi lingkungan berbasis di Bali, Sungai Watch. Dalam laporan ini, Sungai Watch mengumpulkan sebanyak 623.021 sampah kemasan plastik di Bali dan Banyuwangi, Jawa Timur pada area tertentu di mana pembatas sungai mereka dipasang. Meskipun data tersebut memberikan gambaran, namun data tersebut tidak sepenuhnya mewakili kondisi sampah yang lebih luas di Indonesia. Laporan tersebut hanya menampilkan sampah kemasan yang berasal dari produk bermerek popular.
Sementara seperti yang kita ketahui, sebagian besar sampah terdiri dari kantong plastik, pembalut wanita, dan popok.Menanggapi hal ini, Karyanto menggarisbawahi upaya AQUA yang telah menjalankan pengelolaan sampah sejak 1993, dan akan terus melanjutkan usaha untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah plastik.
“Kami menyadari bahwa masih banyak yang perlu dilakukan, dan kami tetap berkomitmen untuk mendorong perubahan positif. Namun, membebankan pengelolaan sampah hanya kepada produsen bukanlah solusi yang bijak. Pengelolaan sampah akan berhasil jika
dilakukan secara kolektif, dengan setiap pihak—pemerintah, produsen, masyarakat, dan konsumen—berperan secara efektif.
Untuk itu, AQUA terus mendorong inovasi dan menjalin kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan guna menemukan solusi yang lebih efektif dalam menangani masalah sampah plastik. Melalui inisiatif
#BijakBerplastik, kami berfokus pada penguatan sistem pengelolaan sampah,
pemanfaatan teknologi, dan kerjasama dengan masyarakat serta mitra bisnis untuk membangun ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan,” tutup Karyanto.