Jakarta, Metapos.id – Dunia medis Indonesia memasuki babak baru dengan diselenggarakannya wisuda angkatan pertama program sertifikasi di bidang regenerative medicine yang diakui secara internasional. Acara ini digelar oleh INASRM bekerjasama dengan
RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Stem Cell Center (JSC) dan berkolaborasi strategis dengan American Board of Regenerative Medicine (ABRM).
Momentum bersejarah ini juga ditandai dengan acara wisuda angkatan pertama Diploma di bidang regenerative medicine. Sebanyak 15 wisudawan dari Indonesia telah berhasil menyelesaikan pelatihan dan sertifikasi dari ABRM dan mendapatkan gelar Diploma di bidang
regenerative medicine.
Program Diploma ini merupakan hasil kerjasama lintas institusi antara INASRM, RSPAD, sektor swasta, dan ABRM. RSPAD sebagai rumah sakit pengampu kini memiliki mandat untukmembimbing rumah sakit dan klinik swasta yang menyelenggarakan pelayanan terapi stem cell,dan penyelenggaraan pelatihan di bidang regenerative medicine yang berkolaborasi dengan ABRM.
Jakarta Stemcell Centre (JSC) hadir sebagai mitra kesekretariatan INASRM dan berperan aktif mensukseskan program tersebut.Wisuda pertama ini dihadiri oleh Rozina Badal Munir, MD, M.B.B.S., DABRM, FAARM selaku Global Development Director dari American Society of Regenerative Medicine (ASRM), serta dr.Sunarto, M.Kes. dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kehadirannya memperkuat legitimasi dan dukungan lintas negara terhadap perkembangan regenerative medicine di Indonesia.
Rangkaian acara pada tanggal 17 April 2025 juga mencakup penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara INASRM dan ABRM, yang menjadi pondasi penting dalam pendidikan berkelanjutan dan standar kemampuan tenaga medis di bidang regenerative
medicine.
“INASRM hadir sebagai wadah profesional yang menjembatani antara perkembangan ilmu kedokteran dalam rangka mengembangkan layanan regenerative medicine dengan kesiapan sumber daya manusia medis di Indonesia,” ujar Dr. Jonny, SpPD-KGH, MKes, MM, DCN, FISN,
selaku Ketua INASRM. “Kami percaya, masa depan regenerative medicine memerlukan landasan yang kuat, baik dari sisi kompetensi maupun regulasi.
Di sinilah pentingnya sertifikasi yang
terakreditasi internasional untuk para petugas medis dan penyelenggara layanan di bidang regenerative medicine” lanjutnya.
yang berperan dalam membentuk standar etika,kompetensi, dan pengembangan karier bagi para petugas medis yang tertarik di bidang regenerative medicine. Organisasi ini menjadi pendorong terwujudnya pendidikan berkelanjutan dan kerjasama internasional, seperti yang dilakukan dengan ABRM.
ABRM merupakan salah satu otoritas terkemuka di dunia dalam bidang regenerative medicine,dan telah bekerja sama dengan berbagai negara dalam mengembangkan standar praktek
regenerative medicine yang aman dan evidence based. Melalui kerja sama ini, Indonesia kini memiliki jalur resmi dan sah untuk pengembangan peminatan dokter-dokter yang ingin mendalami regenerative medicine.
Pelatihan diselenggarakan secara intensif dan terstruktur yang meliputi teori ilmiah, prakttk klinis,serta penilaian kemampuan di bidang regenerative medicine yang dilakukan oleh tim ahli baik
dari dalam maupun luar negeri.
Selain aspek keilmuan, dr. Yanuarso, sp.OT, Subspes CO(K), MH juga menyoroti pentingnya regulasi. Ia berharap melalui jalur pelatihan ini, praktek regenerative medicine seperti Stem Cell di Indonesia dapat lebih terkontrol dan memiliki standar yang seragam.
Salah satu peserta, dr. Cosmos Mangunsong, SpM (K) (Jakarta Stemcell Centre, Jakarta Eye Centre) mengungkapkan kesan positifnya terhadap program ini. “Pelatihan ini memberi saya perspektif baru tentang bagaimana regenerative medicine dalam hal ini stem cell seharusnya diterapkan, tidak sekadar tren, tapi harus berdasar pada etika dan keilmuan yang kuat. Ini adalah investasi bagi masa depan profesi medis,” ujar beliau.