JAKARTA,Metapos.id – Berbagi kebahagian bersama. Sebuah tekad yang rasanya aman dikatakan datang dari rasa
peduli dan kasih sayang. Seperti yang dikatakan Christhoper McCandless, “Kebahagiaanhanya akan terasa nyata, apabila dibagikan.” Sebagai seorang petualang solo, Christopher menyadari bahwa kebahagiaan akan lebih terasa megah apabila dibagikan bersama sesama manusia.
Mungkin filosofi ini pula yang tertanam di Fujifilm Indonesia (FFID) di saat ingin merayakan ulang tahun yang ke-11. “Tidak pas rasanya, apabila kita bertumbuh tetapi tidak mengajak orang di sekeliling kita untuk merasakan kebahagiaan yang kita rasakan,” ucap General Manager Corporate Affairs Rudy Handojo.
Pilihan FFID untuk berbagi kebahagiaan bersama tahun ini adalah dengan berkunjung ke sebuah panti asuhan. Panti asuhan yang terletak di Kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan itu bernama Panti Asuhan Kuntum Teratai. “Kunjungan ke panti asuhan ini, selain menumbuhkan rasa kasih sayang di dalam diri kita, juga sebagai pengingat untuk terus membumi.
Saya bahagia melihat anak-anak di panti asuhan ini bahagia,” ucap Presiden
Direktur FFID Masato Yamamoto.
Benar. Anak-anak di Panti Asuhan Kuntum Teratai terlihat sangat bahagia. Mereka bernyanyi bersama menyambut datangnya tim FFID di rumah mereka. Yang lebih special-nya lagi, di hari itu, dua anak yang tinggal di panti asuhan juga sedang berulang tahun. Mereka adalah Bunga
dan Azzizah. Bunga berulang tahun yang ke-10 dan Azzizah berulang tahun yang ke-11.
Dengan sedikit rasa malu-malu, layaknya anak seumuran mereka, mereka maju untuk meniupkan lilin kue ulang tahun. “Biarkan mereka yang meniup lilin, sekaligus mewakili Fujifilm,” ucap Masato.
Sembari Bunga dan Azzizah meniup lilin, sayang rasanya apabila momen indah itu tidak diabadikan. Banyak kamera digital maupun kamera handphone mulai mengambil foto mereka. Kebahagian yang tersembunyi di balik wajah mereka yang sedang malu-malu,sekarang sudah terabadikan.
Kebahagiaan yang mereka rasakan pun terasa oleh teman-temannya yang lain. Seperti yang tersirat dari senyum yang mengembang di wajah Kiki Ramadhan (12 tahun). Kiki bersama teman-temannya sesama anak asuh penghuni Panti Asuhan Kuntum Teratai asyik memperhatikan sebuah kamera berukuran kecil yang sedang dikeluarkan oleh tim FFID,
kamera yang lalu diserahkan ke seorang pengurus panti asuhan.
Bersama puluhan teman sesama penghuni panti asuhan, mata Kiki lurus menatap kamera tersebut dengan wajah sumringah, tawa lebar tersungging di mulutnya. Tetapi masih terlihat ada sedikit rasa bingung di raut wajahnya. Dalam ratusan perasaan yang sedang Kiki rasakan terdengar suara, “Lihat kamera ya… Satu.. Dua.. Tiga..,” teriak salah satu pengurus panti
asuhan yang memegang kamera tersebut, sambil menekan salah satu tombol.
Hanya dalam hitungan detik, keluarlah selembar kertas foto dari badan kamera. Memang, ini sebuah kamera instan, yang bisa memotret dan langsung mencetak hasilnya. Di lembar foto itu, terdapat gambar Kiki bersama rekan-rekannya sesama penghuni Panti Asuhan Kuntum
Teratai yang sedang tersenyum lebar.
“Saya senang, fotonya bisa langsung jadi. Belum pernah saya lihat kamera seperti ini,” kata anak laki-laki yang sejak usia 4 tahun tinggal di panti asuhan ini.
Ternyata alasan kenapa ada
sedikit raut bingung di wajahnya tadi terjawab sudah. Kamera instan kecil seperti ini belum pernah dilihatnya. Mungkin dipikirnya tadi, saat pertama kali melihat kamera itu, “mungkin,itu mainan ya?”Kiki yang lahir tahun 2010 mengaku takjub melihat kamera yang bisa memotret dan langsung mencetak gambar. Sebagai bagian dari generasi Z, Kiki memang tak pernah bersinggungan dengan kamera analog sebelumnya. Sejak dia lahir, alat-alat digital telah mewarnai hariharinya. Sebut saja, dari ponsel pintar berkamera, televisi LCD hingga pemutar musik digital.
Bagi Kiki, kamera instan ini memberikan hiburan tersendiri. Dengan kemampuan mencetak foto sendiri, kamera ini mampu menyemarakkan suasana saat berkumpul bersama temantemannya yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri.
Satu keinginannya, “saya ingin
fotoin teman-teman semua pakai kamera ini,” ujarnya sambil tersenyum. Mendengar ucapan Kiki, Rudy pun kemudian menjelaskan, “foto yang sudah cetak, nantinya akan untuk mereka.
Sebagai kenang-kenangan bahwa mereka pernah berbagi kebahagiaan bersama kami di suatu sore.”
Rasa bahagia juga disampaikan Ketua Yayasan Panti Asuhan Kuntum Teratai, Ibu Nina Agustina, dalam kegiatan Fujifilm CSR Tahun 2022 bertema “Don’t Just Take, Give,” pada 5 September 2022 lalu. Menurutnya, kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka peringatan
hari ulang tahun Fujifilm ke-11 ini, membawa kebahagiaan bagi semua penghuni panti asuhan, di antaranya berkat hadirnya kamera instan.
Kehadiran kamera instan yang populer, menurut Nina memang terasa asing untuk sebagian besar anak-anak masa kini. Namun, justru hal itu menciptakan daya tarik dan keingintahuan anak-anak untuk menggunakan kamera ini. “Anak-anak merasa asing, tetapi kepengen tahu
sehingga daya kepo-nya tinggi,” katanya.
Namun bagi Nina yang telah mendirikan panti asuhan sejak tahun 2004, keberadaan kamera yang bisa mencetak foto sendiri membangkitkan kenangan lama di masa kecil. Ketika selembar foto bisa disimpan dan mampu dinikmati lagi di lain waktu, dirinya merasa dekat
dengan memori itu sendiri. “Senang sekali ada lembaran foto yang bisa dinikmati saat itu, bisa disimpan dan bisa dilihat lagi di lain waktu untuk membangkitkan memori,” kata Nina.
Kamera instan kecil ini sebenarnya sudah ada dari tahun 1998. Dan semenjak itu, kamera yang dikenal dengan nama Kamera Instax, terus berinovasi. Seperti yang dikatakan oleh Consumer
Printing (Instax) Marketing Manager Rena Ratna Sari, “kamera Instax terus berkembang dengan menghadirkan produk-produk terbaru. Menyesuaikan dengan inovasi teknologi terkini dan pastinya menyesuaikan dengan tren anak muda.”
Apa yang dikatakan oleh Rena ada benarnya bahwa kamera Instax menyesuaikan dengan tren anak muda. Kiki dan teman-temannya juga sudah masuk dalam kalangan anak muda, bukan?Kamera Instax telah hadir menyemarakkan suasana di panti asuhan, membuat hari Kiki dan teman-temannya lebih menyenangkan.
Memang, sebuah harapan, pengguna kamera Instax tidak hanya menangkap atau mengabadikan momen saja, tetapi juga bisa membagikan kepada orang lain atau keluarga dan kerabat terdekat. “Sama seperti membagikan kebahagiaan, orang akan senang menerima hadiah personal seperti hasil foto mereka,” ucap Rena.
Dengan segala fitur yang dimiliki oleh kamera Instax, sangatlah menyenangkan untuk digunakan dalam setiap kesempatan.
Seperti Kiki dan teman-temannya di Panti Asuhan Kuntum Teratai, yang terus-menerus menyunggingkan senyum di wajah mereka. Saat mereka menekan tombol foto dan cetak di kamera, saat itulah mereka menciptakan kenangan indah yang akan bisa dinikmati sepanjang hayat. “Selamat ulang tahun yang ke-11 Fujifilm Indonesia. Terima kasih telah bermain bersama kami di hari yang special ini”, ucap Kiki dan teman-temannya.