Metapos.id, Jakarta – Bank Indonesia (BI) merespon laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut jika RI berhasil memperpanjang tren surplus neraca perdagangan pada Maret 2022. Dalam rilis yang dikutip hari ini, bank sentral menyatakan bahwa surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Disebutkan jika torehan moncer ini bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.
Pada Maret 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai 6,62 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 5,74 miliar dolar AS.
Perkembangan positif tersebut didukung oleh meningkatnya ekspor nonmigas dari 19,48 miliar dolar AS pada Februari 2022 menjadi 25,09 miliar dolar AS pada Maret 2022.
“Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti batu bara, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati,” tutur dia.
Erwin menambahkan, ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan Jepang tercatat meningkat seiring dengan permintaan yang tetap kuat di tengah harga global yang meningkat.
“Impor nonmigas masih kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut,” tegas dia.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat dari 1,91 miliar dolar AS pada Februari 2022 menjadi 2,09 miliar dolar AS pada Maret 2022, sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dari ekspor migas.
Sebagai informasi, BPS mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia Maret 2022 kembali mencatat surplus, yakni 4,53 miliar dolar AS. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang mencapai 3,83 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.