Jakarta, Metapos.id – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini tumbuh di kisaran 11 persen hingga 13 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Nugroho Joko Prastowo menyampaikan pertumbuhan yang lebih tinggi diyakini setelah bank sentral memangkas BI Rate pada Januari 2025.
“Pertumbuhan kredit kita prediksi bisa sampai 11 persen-13 persen. Ini memang challenge, dengan Trump dan kebijakannya,” ujarnya dalam taklimat media di Kantor Perwakilan Wilayah BI Banda Aceh, Jumat, 7 Februari.
Menurutnya salah satu langkah yang diambil untuk mendukung tersebut yatu penurunan suku bunga pada bulan Januari. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dukungan serta meningkatkan optimisme, karena akan mendorong peningkatan permintaan kredit.
Selain itu, Joko menyampaikan kondisi perbankan saat ini juga cukup baik dan mampu bertahan untuk terus menyalurkan kredit dan dari penilaian Bank Indonesia, sektor perbankan masih melihat risiko kredit sebagai hal yang cukup terkendali.
Joko menyampaikan persyaratan kredit yang ditetapkan oleh bank juga masih mendukung, terlihat dari indeks persyaratan kredit yang cukup longgar, yang sejalan dengan likuiditas perbankan yang memadai untuk memberikan kredit.
“Alat likuid perbankan ini masih tinggi, 25,6 persen. Artinya, dulu sebelum covid sempat 18 persen-19 persen, sementara waktu COVID-19 meningkat karena kredit tumbuh negatif, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh tinggi,” imbuhnya.
Joko menyampaikan saat proses pemulihan (recovery) dicairkan, dana tersebut dialihkan ke kredit, sehingga saat ini mencapai 25,6 persen, yang masih terbilang tinggi.
Jika bank ingin menyalurkan lebih banyak kredit, mereka dapat menjual Surat Berharga Negara (SBN) dan instrumen lainnya untuk dialihkan ke kredit, karena kapasitas untuk itu masih tersedia.
Adapun, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank masih tinggi, yakni di angka 26,87 persen. Sementara Non Performing Loan (NPL) juga terkendali di level yang rendah.