JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa defisit APBN hingga 14 Desember 2022 adalah sebesar Rp237,7 triliun.
Angka itu didapat dari pendapatan negara yang lebih rendah dengan Rp2.479,9 triliun dibandingkan dengan belanja negara yang sebesar Rp2.717,6 triliun.
Meski demikian, bendahara negara menyebut bahwa realisasi defisit anggaran jelang penutupan tahun ini cukup baik dari estimasi awal APBN 2022 sesuai Perpres 98/2022.
“Defisit ini jauh lebih kecil jika dari indikasi atau rencana 2022, yaitu mencapai Rp840,2 triliun,” ujarnya ketika menggelar konferensi pers APBN Kita pada Selasa, 20 Desember.
Sebagai informasi, torehan sampai dengan pertengahan Desember merupakan kali kedua defisit terjadi di tahun ini. Sebelumnya, defisit pertama baru terjadi pada Rp169,5 triliun pada akhir Oktober lalu.
Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan bahwa realisasi yang terjadi juga lebih landai dari bukuan 14 Desember 2021 yang sebesar Rp617,4 triliun.
“Secara persentase terhadap produk domestik bruto (PDB), defisit sekarang baru 1,22 persen. Ini jauh lebih baik dari asumsi yang sebesar 4,5 persen dari PDB untuk keseluruhan periode 2022,” tuturnya.
Bendahara negara menambahkan, torehan yang cukup baik ini membuat realisasi pembiayaan menurun tajam, yakni sebesar 28,5 persen menjadi Rp469,8 triliun dari sebelumnya Rp656,8 triliun di 14 Desember 2021.
“Realisasi defisit berjalan on track seiring akselerasi belanja negara. Secara umum kinerja APBN yang terjaga dengan baik mendorong penurunan kebutuhan pembiayaan utang,” kata Menkeu Sri Mulyani.
Untuk diketahui, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sedari awal memang disusun dengan menggunakan asumsi defisit. Kebijakan ini merupakan kesepakatan antara pemerintah dengan DPR yang tertuang dalam Undang-Undang APBN dan telah berlangsung selama beberapa periode.
Strategi defisit anggaran dimaksudkan untuk mengejar pertumbuhan yang lebih tinggi dengan risiko kekurangan bujet ditambal lewat pembiayaan (utang).