JAKARTA,Metapos.id – Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengatakan, kendaraan listrik lebih hemat dan ramah lingkungan, ketimbang kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM).
“Pengurangannya 50 persen. Kalau dulu emisinya itu ada di jalan-jalan. Kalau sekarang, emisinya cuma berasal dari pembangkit. Dan jangan lupa, bahwa PLN juga memiliki pembangkit berbasis EBT, sehingga ke depan, emisinya juga 0,” ungkap Darmawan melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 22 Juli.
Dalam hitungannya, jarak tempuh 10 kilometer hanya membutuhkan daya 1,5 kilowatt-hour (kWh) dengan harga Rp 2.200 per kWh.
Sementara untuk jarak yang sama, kendaraan menggunakan BBM membutuhkan 1 liter BBM yang kini seharga Rp14.000.
“1 liter bensin itu setara 1,2 kWh listrik. Dengan harga listrik per kWh Rp 1.444 atau dibulatkan Rp 1.500 itu berarti 1,2 kWh listrik harganya Rp 1.700. Sementara harga seliter bensin Rp 14.000, bahkan paling mahal ada yang tembus Rp 21.000 per liter. Jadi kalau pindah ke mobil listrik biaya bahan bakar tinggal seperenamnya,” papar dia.
Darmawan memastikan, PLN terus berkomitmen untuk mengambil peran dalam mewujudkan akselerasi penyediaan infrastruktur pengisian ulang kendaraan listrik.
Hingga Juni 2022, tercatat lebih dari 139 unit SPKLU sudah tersedia pada 110 lokasi di 48 kota di Indonesia.
Adapun rencana penambahan sampai akhir tahun 2022 adalah sejumlah 110 unit dengan ekosistem yang terbentang membentuk peta jalan nasional di seluruh Indonesia.
PLN juga menargetkan bakal mengoperasikan 4.900 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) hingga akhir 2022.
“Kami siap mendukung berkembangnya kendaraan listrik, baik dari fasilitas penunjang maupun juga pertumbuhan jumlah kendaraan listrik. PLN siap untuk membangun kerja sama dengan semua pihak,” terang Darmawan.
Selain menghadirkan infrastruktur kendaraan listrik, PLN juga memberikan promo berupa insentif bagi para pemilik kendaraan listrik, yaitu diskon tarif sebesar 30 persen bagi pemilik kendaraan listrik yang melakukan pengisian daya pada pukul 22.00 sampai 05.00, serta diskon tambah daya dan pemasangan home charging station secara gratis.
Terkini, PLN menghadirkan promo harga spesial biaya pasang baru untuk pemilik kendaraan listrik baru selama periode bulan Maret 2022 sampai dengan 31 Desember 2023 melalui Promo Super Everyday.
“Melalui promo ini, pelanggan yang memiliki kendaraan listrik dan home charging akan mendapat harga spesial sebesar Rp850.000 untuk biaya penyambungan baru daya 7.700 VA (1 fasa), atau untuk penyambungan daya 13.200 VA (3 fasa) hanya membayar sebesar Rp3,5 juta,” paparnya.
Tak hanya itu, lanjut Darmawan, PLN juga sudah membangun fitur Electric Vehicle pada aplikasi PLN Mobile guna memudahkan pengguna kendaraan listrik.
Melalui fitur tersebut, pengguna kendaraan listrik sangat mudah untuk mengetahui lokasi SPKLU dan SPBKLU terdekat, serta petunjuk arah menuju lokasi.
“Ini semua menjadi bukti keseriusan PLN dalam mendukung perkembangan kendaraan listrik di Tanah Air, baik kendaraan listrik roda dua, tiga, empat, dan bus,” kata Darmawan.
Sementara itu, Penggiat otomotif nasional Fitra Eri Purwotomo mengatakan, pengendara mobil listrik dihadapkan sensasi berbeda dibandingkan dengan menggunakan mobil berbahan bakar minyak (BBM).
“Mobilnya tanpa suara, tanpa getaran, tenaga instan dan dari sisi rupiah konsumsi energinya lebih rendah dari mobil konvensional. Dua tahun saya menggunakan mobil listrik menjadi pengalaman yang menyenangkan,” ujarnya kepada media, Jumat 22 Juli.
Selain lebih hijau, Fitra Eri juga mengungkapkan bahwa mobil listrik lebih hemat energi dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak. Fitra Eri mengungkapkan, untuk 1 kilowatt hour (kWh) bisa menjalankan mobil listrik sejauh tujuh kilometer, sementara dengan kapasitas penuh mobil listrik sebesar 45 kWh, kendaraan bisa listrik melaju hingga 300 km.
“Dengan isi penuh mobil listrik 45 kWh, itu kira-kira Rp70.000 kita bisa menempuh 300 km. Sangat hemat kan?” ujarnya.
Terlepas dari sensasi memiliki mobil listrik, Fitra Eri juga bersyukur menjadi bagian untuk mendukung transisi energi. Hal itu disadarinya setelah mengetahui konsumsi energi dan dampak emisi karbon yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan berbasis BBM.