JAKARTA – Metapos.id, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) memberikan perkembangan terbaru soal investor asing dalam proyek IKN. Dalam laporannya, konsorsium asal China dan Malaysia dalam waktu dekat diketahui bakal mulai menggarap proyek hunian di IKN.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN Agung Wicaksono mengatakan, hingga saat ini setidaknya sudah ada tiga pemrakarsa asing yang siap menyuntikkan modalnya di IKN, khususnya pada sektor hunian.
“Kami bisa katakan bahwa investasi asing yang sangat real paling tidak ada dua. Pertama dari konsorsium Tiongkok yang akan bermitra bersama konsorsium Nusantara dan dua lagi dari Malaysia,” ujar Agung saat ditemui usai Market Sounding di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta, Kamis, 7 Maret.
Agung mengatakan, saat ini progres rencana investasi dari investor asing kedua negara itu sedang melalui tahap evaluasi studi kelayakan di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Saat ditanyai soal potensi investasi dari kedua investor asing tersebut, Agung enggan memberikan informasi lebih lanjut.
“Untuk potensi nilainya berapa secara spesifik saya tidak bisa sebut karena ini tergantung nanti hasil tender berapa. Tetapi, nanti dari tujuh (7) pemrakarsa itu belanja modal (Capex) Rp50 triliun bisa terwujud, yang mana tiga dari 7 pemrakarsa itu dari asing,” imbuhnya.
Menurut Agung, proyek dari investor asing untuk sektor hunian itu belum dapat dilaksanakan pada groundbreaking tahap keenam pada Mei 2024 mendatang.
“Tapi, kami optimistis rencana investasi itu akan mulai konstruksi di IKN pada tahun ini,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) melaporkan, saat ini sudah ada 357 Letter of Intent (LoI) atau komitmen awal untuk berinvestasi di IKN.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN Agung Wicaksono menyebut, dari total tersebut, sekitar 42 persen berasal dari perusahaan asing.
“Dari 357 LoI yang sudah masuk, ada sekitar 150 LoI yang merupakan perusahaan asing,” ujar Agung Wicaksono di Jakarta, Senin, 19 Februari.
Agung menyebut, minat investasi paling banyak berasal dari Singapura, Malaysia, Jepang, Tiongkok dan Korea. Adapun sektor paling banyak diminati adalah hunian, teknologi dan energi.
“Sekitar ada 8 perusahaan (LoI hunian) yang sudah dalam proses sekarang, sudah menyelesaikan studi kelayakan atau FS sedang dievaluasi untuk kami nanti seleksi, tender. Kalau nanti ini terwujud dari perusahaan-perusahaan ini, ada dari China, Malaysia, mungkin paling tidak nilainya Rp45 triliun dari nilai belanja modal (Capex) untuk mereka bangun,” ucapnya.