JAKARTA,Metapos.id – Pada sepanjang Desember 2022 terjadi tren penurunan harga minyak dunia yang ditengarai terjadi akibat sejumlah faktor. Pasalnya, kondisi tersebut dianggap sebagai sebuah pembalikan tersendiri di tengah tingginya bandrol komoditas energi global dalam beberapa waktu belakangan.
Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar mengungkapkan setidaknya ada dua peristiwa penting yang akan menjadi ujian penting tren penurunan harga minyak. Pertama, periode Desember 2022 adalah batas akhir yang diputuskan oleh Uni Eropa (EU) untuk menghentikan seluruh impor minyak mentah dari Rusia ke negara-negara di Benua Biru.
Peristiwa kedua pada Februari 2023 adalah batas akhir yang diputuskan oleh EU untuk menghentikan seluruh impor BBM (middle distillate) dari Rusia ke negara-negara Eropa.
Dia mencatat pada pekan terakhir Desember 2022 harga minyak mentah (crude) Brent turun sekitar 13 persen dibandingkan dengan November 2022 (month to month/mtm). Adapun, harga rata-rata pada bulan November masih diatas 91 dolar AS per barel.
“Khusus untuk bulan Desember ini kami sudah menyampaikan akan terjadi gejolak harga crude. Berapa besar naik dan turunya kami tidak bisa memprediksinya. Kenapa? Adalah sebuah perjudian besar bagi negara Eropa untuk menghentikan impor crude dari Rusia. Seberapa besar nyali (risk appetite) EU untuk menekan Rusia agar menghentikan perang dengan Ukraina dengan cara membatasi sumber dana Rusia lewat sanksi impor crude. Yang namanya perjudian tentu sangat susah untuk memperkirakan siapa yang menang dan kalah,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa, 27 Desember.
Menurut Arcandra, efektifitas dari sanksi pembatasan harga ini terhadap pendapatan (state revenue) Rusia masih diragukan. Karena selain banyak negara yang menolak, AS sendiri masih memperbolehkan perusahaannya untuk melakukan trading, financing, shipping, insurance dan customs brokering. Yang dilarang hanya impor crude dari Rusia.
“Negara-negara yang mengandalkan impor crude untuk memenuhi kebutuhan energi mereka sedikit bernafas dengan turunnya harga crude,” tutur dia.
Arcandra menambahkan, ada kemungkinan adu strategi antara EU dan Rusia dalam menghadapi musim dingin.
Satu hal yang mungkin bisa terjadi adalah Rusia dalam waktu dekat menurunkan produksi crude-nya sehingga suplai jadi terganggu.
Selama periode Desember Rusia kemungkinan akan tetap berproduksi penuh karena butuh waktu untuk menurunkan produksi agar tidak merusak sumur-sumur minyak mereka.
“Kalau Rusia bersiap-siap untuk menurunkan produksi ini maka babak baru adu strategi akan berlanjut sampai tahun depan. Memang rumit,” tegas dia.