Metapos.id, Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa Indonesia termasuk dari sedikit negara besar yang sukses mengelola risiko COVID-19 secara baik.
Menurut Febrio, keberhasilan RI di situasi pandemi juga terlihat dari ketepatan pengambilan keputusan ekonomi, pengelolaan fiskal, serta memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat.
Dalam catatannya, Indonesia ‘hanya’ terkontraksi sebesar minus 2,1 persen pada 2020 disaat negara lain mengalami pertumbuhan negatif hingga double digit bahkan minus 22 persen.
“Indonesia menjadi salah satu negara yang paling berhasil mengelola pandemi, baik secara keuangan negara, secara perekonomian, dan melindungi masyarakatnya. Kita belajar banyak dengan keterbatasan yang ada untuk bisa menghasilkan tata kelola dan outcome yang baik bagi masyarakat,” ujarnya dalam diskusi virtual pada Kamis, 7 April.
Febrio menambahkan, hal tersebut kemudian membawa keuntungan tersendiri bagi kepemimpinan Indonesia di forum G20 tahun ini.
“Postur ini di dunia global memang membuat Indonesia menjadi negara yang terpandang. Jadi ketika menjadi menjabat Presidensi G20 memang kita punya kredibilitas yang kuat,” tegas dia.
Anak buah Sri Mulyani itu lantas menjelaskan tiga agenda penting yang diusung RI dalam G20. Pertama adalah bidang kesehatan dengan menginisiasi berdirinya Global Preparedness for Pandemic, yang merupakan dana internasional kolektif untuk mengatasi pandemi dan mempercepat produksi vaksin di masa depan.
“Harapannya di akhir periode G20 ini kita bisa mengeluarkan semacam skema pembiayaan dari negara maju dan negara berkembang agar persoalan pandemi bisa diatasi dengan cepat,” tuturnya.
Kedua, mempercepat proses digitalisasi perekonomian, utamanya dengan mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masuk ke ekosistem virtual.
“Kita punya potensi UMKM yang banyak, e-commerce, ditunjang juga oleh kelas menengah. Ini semua berpotensi menarik investor untuk membangun infrastruktur digital di Indonesia,” katanya.
Lalu yang ketiga adalah upaya mitigasi atas isu perubahan lingkungan. Diungkapkan Febrio jika Indonesia sangat serius dalam menggarap agenda ini. Pasalnya, RI memiliki belasan ribu pulau yang sangat sensitif dengan kenaikan permukaan air laut.
“Untuk itu kita mendorong dekarbonisasi dari pembangkit listrik yang mayoritas masih bahan bakar fosil. Melalui isu ini ke global maka akan ada investasi untuk proyek-proyek hijau yang berarti aliran dana akan masuk ke Indonesia,” tutup Febrio.