JAKARTA,Metapos.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan industri kelautan dalam negeri belum dimanfaatkan secara maksimal.
Erick mencatat, pemanfaatan sektor kelautan baru sebesar 5 persen saja. Padahal, 54 persen asupan protein nasional merupakan kontribusi nelayan melalui produk ikan dan makanan laut lainnya.
Hal tersebut menjadi dasar pemerintah harus membangun dan memperbaiki ekosistem kelautan di Tanah Air.
“Ini adalah sebuah potensi pertumbuhan industrialisasi yang belum kita garap serius agriculture dan kelautan. Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan agrikultur. Kelautan yang hari ini, kalau kita bicara industri kelautan itu baru 5 persen,” kata Erick, dikutip Kamis, 13 Oktober.
Erick mengatakan, berdasarkan data yang dirinya punya, Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina.
Meskipun, Indonesia memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Berdasarkan data-data daripada tren Vietnam, Filipina dari jenis perikanan, jangan-jangan juga ikannya dari Indonesia,” ucapnya.
Karena itu, Erick mengaku siap membangun ekosistem perikanan Indonesia lewat kolaborasi antara BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, hingga Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI).
Dia juga bakal mendorong BUMN seperti Himbara, Perum Perindo, Perinus, hingga PNM untuk terlibat dalam ekosistem tersebut.
“Tantangan di sektor perikanan sangat kompleks, kita harus ikut perubahan, kalau kita berdiam diri, kita tidak akan ke mana-mana,” katanya.
Menurut Erick, nelayan memegang peran penting bagi masa depan ekonomi serta kedaulatan pangan bangsa.
Selain itu, ujar Erick, luas dan beragamnya kondisi perairan, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
Erick menyebut, potensi perikanan darat Indonesia sebesar 3 juta ton per tahun. Sedangkan potensi perikanan laut mencapai 12,54 juta ton per tahun.
“Maka, nelayan Indonesia tidak boleh jadi ayam yang kelaparan di lumbung padi. Dengan potensi sebesar itu bagaimana kita bisa memenuhi kesejahteraan nelayan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan nasional,” jelasnya.
Erick mengaku dalam kunjungannya ke sejumlah daerah, dirinya kerap berdiskusi dengan para nelayan.
Menurutnya, para nelayan acap kali dihadapkan pada sejumlah hal yang mempengaruhi produktivitas, baik sisi permodalan, pendampingan, hingga akses pasar.
Erick ingin ekosistem perikanan meniru jejak kesuksesan ekosistem pertanian dalam program Makmur.
Program Makmur yang terintegrasi dari hulu ke hilir telah menjangkau 200.000 hektare pada empat komoditas utama yakni sawit, tebu, jagung, dan padi.
“Dengan fokus pada produk yang laku di pasar itu pendapatan petani naik 46 persen,” katanya.