Jakarta ,Metapos.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Maret 2024 mencapai 0,52 persen secara bulanan atau month to month (mom).
Adapun inflasi pada periode Ramadan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu (Maret 2023) yang yang mencapai 0,18 persen (mom).
Sementara itu, inflasi di bulan Maret 2024 masih terkendali yakni sebesar 3,05 persen (yoy) meskipun meningkat dari bulan Februari sebesar 2,75 persen (yoy).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyampaikan peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga dari sebagian besar komoditas pangan pada masa Ramadan.
“Secara historis, pada masa Ramadan dan Idul Fitri terjadi peningkatan permintaan musiman yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga,” jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Selasa, 2 April 2024.
Inflasi pangan bergejolak (volatile food) bergerak meningkat menjadi 10,33 persen (yoy), dari 8,47 persen (yoy) pada Februari 2024.
Peningkatan ini didorong oleh naiknya harga komoditas, seperti beras, daging dan telur ayam ras, cabai merah, dan bawang putih.
Febrio menyampaikan masih terus berlanjutnya kenaikan harga pangan menjadi hal yang terus diwaspadai oleh Pemerintah.
Di tengah produksi pangan yang terkendala dan mundurnya panen raya, Pemerintah terus mengupayakan stabilisasi pasokan dan harga untuk menjamin akses pangan masyarakat.
Inflasi inti pada Maret 2024 juga turut mengalami peningkatan sebesar 1,77 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 (1,68 persen yoy).
Febrio menyampaikan beberapa kelompok pengeluaran mengalami peningkatan, diantaranya makanan, penyediaan makanan/minuman, perawatan pribadi, pendidikan, dan kesehatan.
Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) turun menjadi 1,39 persen (yoy), dari 1,67 persen (yoy) di Februari 2024.
“Meskipun cukup rendah namun tekanan inflasi pada sektor transportasi tetap perlu diwaspadai seiring dengan peningkatan mobilitas saat musim mudik lebaran,” tuturnya.
Febrio menyampaikan, pemerintah akan terus berupaya memitigasi risiko gejolak pada masa Ramadan dan Idulfitri, terutama dalam mengendalikan harga pangan dan tarif transportasi.
Menurut Febrio, stabilisasi pasokan terus dilakukan untuk menjaga kecukupan stok domestik dan keterjangkauan harga, antara lain melalui operasi pasar dan pasar murah, percepatan pengadaan impor, relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dan penyaluran beras SPHP, serta melakukan koordinasi pengendalian inflasi HBKN di seluruh daerah.
“Inflasi diharapkan dapat melandai seiring koreksi harga pasca HBKN dan dukungan kebijakan stabilisasi harga pangan yang terus konsisten dilakukan oleh pemerintah,” tutup Febrio.