Jakarta, Metapos.id – Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah buka suara terkait dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen pada industri ritel dalam negeri.
Dikatakan Budi, dampak kenaikan suku bunga sejatinya lebih besar jika dibandingkan dengan pelemahan rupiah yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.
Jika suku bunga naik, kata dia, dapat berdampak pada kenaikan bunga bank yang kemudian berimbas pada kenaikan bunga pinjaman.
“Minusnya akan ada costing tambahan dari hilir ke hulu. Pabrik, pinjaman bunga bank naik, ritel juga pinjam buat bayar sewa dan sebagainya naik,” ujarnya kepada media saat ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian, Kamis 2 Mei.
Menurut Budi, peningkatan suku bunga ini harus diimbangi dengan peningkatan traffic penjualan oleh ritel. Jika traffic penjualan meningkat tidak akan berdampak pada Harga Pokok Produksi (HPP) karena masih bisa diserap dari mixed margin.
Budi menyebut, kenaikan suku bunga juga membawa dampak positif, di antaranya kelas menengah yang memiliki tabungan deposito akan memiliki uang ‘lebih’ yang bisdigunakan untuk berbelanja.
Selain itu, dengan pelemahan rupiah, banyak wisatawan mancanegara yang akan melakukan kunjungan wisata dan membelanjakan uangnya di Indonesia. Dengan demikian traffic belanja meningkat dan jumlah uang beredar di Indonesia akan semakin banyak.
“Hitung-hitung, daripada ke Vietnam, mending ke Indonesia karena harga murah dan dolarnya jadi kuat ya. Itu tinggal bagaimana kebijakan pemerintah memaksimalkan yang bagus. Turisnya dibikin banyak, traffic uang beredar banyak,” sambung Budi.
Terkait langkah Hippindo mengatasi dampak kenaikan suku bunga, Budi mengaku pihaknya melakukan efisiensi dengan menghurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan termasuk mencari suplier baru yang lebih mudah.
Saat ditanya terkait peluang melakukan PHK terhadap karyawan, Budi mengaku PHK merupakan opsi terakhir yang dipertimbangkan oleh Hippindo.
“(PHK) itu pilihan terakhir sih biasanya karena di ritel, SDM-nya spesial artinya terlatih. Melayani. PHK terakhir sih itu karena susah mencari orang,” pungkas Budi.