Jakarta, Metapos.id – Kelas menengah selama ini dianggap sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun dalam data terakhir oleh LPS dan Riset Bank Mandiri, menunjukan tabungan masyarakat menurun disertai daya beli masyarakat menurun.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan kondisi ini menunjukan bahwa kelas menengah Indonesia tampaknya mulai beralih ke mode survival.
Meskipun demikian, sambung Achmad, penurunan tabungan di kelas menengah belum sebesar di kalangan bawah. Namun, dalam jangka panjang, pola ini dapat menjadi sinyal awal bahwa kelas menengah sedang berjuang untuk mempertahankan gaya hidup mereka.
“Mereka tidak lagi fokus pada konsumsi barang sekunder atau tersier seperti rekreasi atau hiburan, melainkan mengalihkan anggaran ke barang-barang esensial. Ini menjadi indikasi jelas bahwa mereka sedang berada dalam mode survival,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 27 September.
Achmad mengatakan salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari mode survival kelas menengah adalah ancaman bahwa mereka bisa turun ke kelompok rentan miskin.
“Jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi kebijakan yang signifikan, kita akan menyaksikan kemunduran ekonomi besar-besaran,” ucapnya.
Achmad mengatakan untuk menghindari potensi krisis lebih lanjut, beberapa langkah harus diambil pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Pertama, sambung Achmad, kebijakan perlindungan sosial yang tepat sasaran. Dia menjelaskan perlindungan sosial tidak hanya penting bagi masyarakat kelas bawah, tetapi juga bagi kelas menengah yang terancam turun kelas.
“Bantuan berupa subsidi pendidikan, kesehatan, dan energi yang lebih terjangkau dapat memberikan ruang bagi mereka untuk menjaga tabungan dan menghindari kondisi yang lebih buruk,” kelasnya.
Kedua, sambung dia, dukungan lapangan kerja. Menurut dia, pemerintah perlu mendorong kebijakan yang menciptakan lapangan kerja lebih banyak di sektor-sektor yang tumbuh, seperti teknologi dan ekonomi hijau.
“Ini akan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan tradisional yang mungkin sedang mengalami penurunan,” ucapnya.
Terakhir, lanjut Achmad, program yang mendukung inovasi dan diversifikasi penghasilan. Di era digital ini, kelas menengah harus didorong untuk memanfaatkan peluang baru.
“Seperti kewirausahaan digital dan pekerjaan lepas, yang dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian,” tuturnya.
Achmad menekankan mode survival yang kini dirasakan kelas menengah adalah alarm bagi semua pihak. Meskipun belum sebesar dampak yang dialami oleh kelas bawah, jika tidak ditangani dengan baik, kelas menengah bisa beralih menjadi kelompok rentan.
“Pada akhirnya memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia. Kebijakan yang tepat dan terukur perlu diambil untuk memastikan bahwa kelas menengah dapat kembali berkontribusi secara optimal terhadap perekonomian, bukan sekadar bertahan hidup,” katanya.