JAKARTA,Metapos.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggenjot potensi industri berbagai lokus, baik di pesantren, daerah 3T, serta daerah lain, salah satunya di wilayah Kabupaten Jayawijaya, Papua, yang memiliki potensi pangan olahan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat dimanfaatkan wirausaha IKM.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Reni Yanita menyebut, komoditas pangan olahan hasil pertanian dan perkebunan itu meliputi ubi jalar, jagung, kacang tanah, buah merah, jeruk, nanas, pisang, hingga biji kopi.
“Sebagian besar industri terpusat di distrik Wamena. Ini potensi besar yang bisa dikembangkan, sehingga nantinya IKM di Wamena bahkan Jayawijaya bisa menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi dengan didukung oleh ketersediaan bahan baku lokal, serta kearifan budaya nasional,” ucap Reni lewat keterangan tertulis, Rabu, 7 Juni.
Untuk memberikan wawasan dan menumbuhkan pelaku wirausaha dengan memanfaatkan potensi pada setiap daerah, Kemenperin pun telah menggelar rangkaian seminar meliputi tema terkait industri kecil menengah (IKM) pangan lokal, serta IKM sandang dan kerajinan berbasis kearifan lokal.
Selanjutnya, penguatan integrasi pasar lewat pemasaran digital, standar pemenuhan keamanan pangan bagi wirausaha baru, hingga pemanfaatan e-commerce dan media sosial sebagai sarana promosi.
“Kami harap kegiatan ini memberikan pengetahuan teknis dasar mengenai izin berusaha berbasis risiko, dan bagaimana berwirausaha pada bidang yang ditentukan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia Sandang dan Kerajinan Ni Nyoman Ambareny mengungkapkan, Kabupaten Jayawijaya juga menyimpan potensi pengembangan IKM komoditi sandang dan kerajinan berbasis budaya lokal.
Perkembangan IKM sandang terlihat dari bertumbuhnya wirausaha batik khas Papua dan beragam pakaian adat. Ada pula kerajinan noken yang merupakan tas anyaman dari bahan kulit kayu atau akar rotan, yang telah digunakan turun temurun sampai saat ini.
Kendati demikian, lanjut Ambareny, dia menemukan masih terdapat beberapa keterbatasan pengetahuan wirausaha baru dalam memulai usahanya.
“Tantangan bagi umumnya terkait perizinan usaha, perizinan edar produk, komoditas potensi daerah yang dapat dimanfaatkan, akses modalitas, sampai mengenai pemasaran khususnya melalui digital marketing,” tuturnya.
Oleh karena itu, Ditjen IKMA terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah, khususnya dinas yang melakukan pembinaan industri, untuk terus meningkatkan kemampuan pelaku IKM.
Ditjen IKMA juga tak henti menggelar program peningkatan daya saing untuk pelaku IKM yang telah berjalan bisnisnya maupun wirausaha baru, seperti bimbingan teknis dan pendampingan, fasilitas pameran dalam dan luar negeri, layanan klinik kemasan, serta fasilitasi HKI.
Berikutnya, fasilitasi mesin dan peralatan, restrukturisasi, program e-Smart IKM, sertifikasi profesi SKKNI, fasilitasi sertifikasi produk SNI, inkubator bisnis, serta kompetisi startup.
“Kemenperin berupaya meningkatkan kemampuan SDM IKM untuk menghasilkan produk yang berdaya saing dan pengetahuan dalam pemasaran melalui digital marketing terus bertambah. Semoga pendampingan ini juga bisa memberikan wawasan tentang pengemasan produk pangan yang menarik, higienis, dan bersertifikasi halal,” imbuh Ambareny.