Jakarta, Metapos.id – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya memberikan kemudahan dan bantuan pembiayaan perumahan agar masyarakat bisa memiliki rumah dan hunian yang layak.
Rencananya, Kementerian PUPR bakal menambah kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 220.000 unit pada 2024 ini.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna menyebut, pemerintah telah mengalokasikan dana FLPP tahun ini sebesar Rp13,72 triliun untuk 166.000 unit rumah.
Alokasi tersebut lebih sedikit dibandingkan realisasi FLPP 2023 yang sebesar Rp26,3 triliun untuk 229.000 unit rumah.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk dapat meningkatkan penyaluran FLPP melebihi alokasi 2024 ini menjadi 220.000 unit rumah.
“Jumlah ini lebih rendah dibanding 2023. Namun, sesuai dengan hasil rapat internal 27 Oktober 2023, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan dana FLPP di 2024 untuk menjadi 220.000 unit,” ujar Herry dalam agenda Property Outlook 2024: Prospek Pembiayaan Perumahan di Tahun Politik secara daring, dikutip Rabu, 28 Februari.
Pada kesempatan sama, Direktur Consumer and Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Hirwandi Gafar menuturkan, anggaran KPR bersubsidi FLPP memang berkurang pada tahun ini. Namun, dia berharap pemerintah dapat menambah kuota FLPP hingga sebanyak 250.000 unit.
“Mudah-mudahan tahun ini akan ada tambahan lagi supaya minimal mungkin sekitar 220.000 sampai 250.000 unit yang bisa disalurkan di 2024 ini,” tuturnya.
Mengingat, pembelian rumah di Indonesia masih didominasi melalui skema KPR. Bahkan, sebanyak 75 persen masyarakat Indonesia membeli rumah melalui skema KPR.
Adapun berdasarkan sensus tahun 2020, jumlah backlog perumahan di Indonesia mencapai 12,7 juta keluarga, yang mana sebanyak 57 persen dari total backlog itu atau 7,28 juta keluarga merupakan golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Dengan demikian, sektor properti di Indonesia diprediksikan akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, khususnya yang membeli rumah dengan skema KPR.
“Pertumbuhan ekonomi dan KPR bisa dilihat bahwa selama pandemi Covid-19 perumahan merupakan sektor yang terus tumbuh walaupun pada saat puncaknya Covid-19 di 2020 itu masih tumbuh sekitar 2,29 persen. Kemudian, jika dilihat secara keseluruhan akan terus tumbuh sampai saat ini dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat untuk perumahan,” imbuhnya.