Jakarta, Metapos.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif secara tegas mengatakan Lapangan Abadi Masel akan mulai berproduksi pada 1 Januari 2030.
“Tetap kita targetnya (produksi Blok Masela) 1 Januari 2030,” ujar Arifin yang dikutip Kamis 20 Juni.
Arifin mengatakan tidak ada rencana terkait mundurnya on stream lapangan gas raksasa tersebut. Terakhir, isu mundurnya produksi Masela adalah karena hengkangnya Shell sebagai pemegang hak partisipasi dari Masela sehingga membutuhkan waktu lebih lama bagi pemerintah untuk mencari pengganti Shell.
Kemudian pada tahun 2023 PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) bermitra dengan Petronas Masela Sdn. Bhd. (Petronas Masela) telah menyelesaikan proses akuisisi 35 persen hak partisipasi milik Shell di Masela.
“Untuk pengalihan saham Shell itu butuh waktu kan, akhirnya dapet Petronas sama tetep kita targetnya 1 Januari 2030. Apa lagi?” tegas Arfin.
Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter.
Kontrak PSC Masela yang berlaku hingga 2055 berpotensi menghasilkan 9.5 MMTPA (juta metrik ton per tahun) LNG dan 150 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) gas pipa.
Selain itu, Lapangan Abadi diperkirakan dapat menghasilkan produksi kondensat sebesar 35,000 barel per hari.
Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.