JAKARTA,Metapos.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa kondisi bisnis perbankan nasional cukup baik dalam menghadapi tren peningkatan suku bunga serta ketidakpastian pasar keuangan global jelang 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menjelaskan, indikasi itu terlihat dari pertumbuhan kredit yang masih mencatat pertumbuhan dari sebelumnya 10,6 persen year on year (yoy) di Agustus menjadi 11 persen pada September 2022.
Selain itu, Dian memaparkan asumsi lain yang menjadi dasar proyeksi adalah rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross yang melandai, serta cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang semakin menguat sejalan dengan membaiknya NPL.
“Dari kinerja perbankan ini dapat disimpulkan risiko yang dihadapi masing manageable di tengah kenaikan suku bunga yang berpotensi mendorong risiko kredit maupun tekanan terhadap kondisi likuiditas,” ujarnya saat memberikan pemaparan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR.
Dari sisi likuiditas, OJK melansir jika dana pihak ketiga (DPK) meningkat menjadi Rp7.647 triliun di September. Angka ini lebih tinggi dari posisi Agustus yang diketahui sebesar Rp7.609 triliun.
Bukuan itu lantas membuat loan to deposit ratio (LDR) makin agresif menjadi 82,05 persen di September dari sebelumnya 81,22 persen di Agustus.
“Kinerja perbankan terjaga baik ditopang oleh risiko kredit yang mulai menurun, likuiditas yang masih memadai untuk mendukung penyaluran kredit serta permodalan yang kuat. Secara umum intermediasi perbankan relatif baik dengan LDR berkisar di angka 78 persen hingga 92 persen,” tuturnya.
Untuk diketahui, tren suku bunga terendah sepanjang sejarah telah berakhir yang ditandai oleh keputusan Bank Indonesia (BI) menaikan BI rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,75 persen pada Agustus lalu.
Langkah tersebut kemudian berlanjut pada September dengan kenaikan 50 bps menjadi 4,25 persen, Oktober naik 50 bps jadi 5,75 persen dan November yang kembali meningkat 50 bps menjadi 5,25 persen.
Asal tahu saja, sikap agresif bank sentral diyakini bakal terus berlanjut hingga awal 2023. Pasalnya, siasat BI menaikan suku bunga tidak lepas dari target otoritas moneter untuk menurunkan angka inflasi di bawah 3 persen yang saat ini masih berada di level 5,71 persen per Oktober 2022.